HUT RI  Ke 67

Selasa, 31 Juli 2012

Makna Kemerdekaan Sesungguhnya


Setiap memperingati hari kemerdekaan, masyarakat memiliki cara tersendiri melalui perkumpulan organisasi kepemudaan di kampung, di desa dan di kota-kota, melalui Rukun Tetangga, Rukun Warga, atau bahkan sampai pemerintahan tingkat desa dan kelurahan menggelar berbagai perlombaan. Dari lomba sepak bola antar kampung (Tarkam), lomba bola voly, lomba lari karung, tarik tambang sampai lomba-lomba yang cukup serius seperti lomba main catur, atau permainan kartu beregu.
Anak-anak tidak usah khawatir, bukan hanya dilibatkan sebagai pelengkap kegembiraan orang-orang tua, tetapi disediakan juga lomba untuk anak-anak, lomba makan kerupuk, lomba gigit uang logam, lomba jalan cepat dengan menggigit sendok yang ada kelerengnya, lomba bola kaki, bahkan juga ada lomba lari karung dan tarik tambang anak-anak.
Setiap warga tidak pernah menolak bila dimintai sumbangan untuk pembiayaan berbagai perlombaan dan membersihkan lingkungan kampung, desa dan kota dengan semarak berbagai hiasan hari ulang tahun kemerdekaan yang dikumpulkan oleh panitia yang biasanya dibentuk secara dadakan.

Bukan soal hadiah yang bakal diterima di malam resepsi hari ulang tahun kemerdekaan Negara Republik Indonesia, yang biasanya diserahkan dalam suasana meriahnya orkes dangdut, musik asli Indonesia. Akan tetapi, kebanyakan masyarakat, ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak berpartisipasi dalam setiap perlombaan sebagai bentuk mensyukuri kemerdekaan atas berkat rahmat Allah, juga sebagai ungkapan bagaimana masyarakat kecil di kampung, di desa dan di kota-kota mencintai bangsanya, ”Cinta Indonesia”. 

Kini enam puluh enam tahun Indonesia telah merdeka. Hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2011 diperingati dalam suasana masyarakat muslim Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Mungkin sulit bagi kita menemukan berbagai perlombaan yang setiap tahun diperlombakan di kampung, di desa dan di kota-kota. Sulit pula bagi kita menyaksikan perlombaan panjat pohon pinang dengan berbagai hadiah yang menggiurkan.

Kita merindukan suasana riuh-rendah, tepuk sorak-sorai kemeriahan di setiap peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Kali ini, suasana keheningan, kekhusukan bulan suci Ramadhan yang sangat spritual bagi umat Islam dalam peringatan kemerdekaan negara Indonesia, mudah-mudahan mampu memberi makna yang lebih mendalam bagaimana mencintai bangsa, ”Cinta Indonesia” yang sesungguhnya.

Masing-masing warga Indonesia mempunyai cara sendiri-sendiri bagaimana mencintai bangsanya. Bagi warga Indonesia, nasionalisme ditempatkan di dalam hati nurani masing-masing. Lantas, apakah nasionalisme serta nation state warga bangsa Indonesia di era globalisasi akan tergerus oleh akan datangnya the end of nation state, sebagaimana yang dibayangkan Kenichi Ohmae, suatu negara tanpa tapal batas, the borderless state, akan semakin banyak munculnya manusia kosmopolitan yang merasa bahwa seluruh dunia ini tanah airnya.

Tidak cukup banyak indikasi yang mendukung sinyalemen berakhirnya negara-bangsa, Keterikatan pada kampung halaman, pada homeland atau pada tanah air, menurut Safroedin Bahar, merupakan suatu kebutuhan rohaniah. Meskipun demikian, banyak pula warga bangsa Indonesia membayangkan Indonesia dan memperbandingkan kemajuan sosial, budaya, ekonomi, politik, demokrasi negara maju di Eropa dan terutama Amerika Serikat menjadi cita-cita suatu capaian kemajuan di Indonesia.

Kemajuan demokrasi di Indonesia layak disyukuri oleh setiap warga bangsa Indonesia. kita telah berhasil membangun budaya demokrasi yang baik, melalui suatu pemilihan yang bebas dan pemberian suara yang rahasia sebagai perlambang demokrasi. Akan tetapi, demokrasi bagi Nurcholish Madjid, tidak ’bersemayam’ dalam pemilu-pemilu. Jika demokrasi –sebagaimana dipahami di negeri maju—harus punya ’rumah’, maka rumahnya adalah ”masyarakat madani” (civil society).

Boleh saja kita menerima hal-hal yang baik, modern dan maju dari pemerintahan yang demokratis seperti negara Amerika Serikat, akan tetapi jangan bandingkan Indonesia yang baru merdeka enam puluh enam tahun dengan Amerika Serikat yang merdeka telah dua ratus tahun lebih lamanya. Jangan bandingkan Amerika Serikat yang memiliki Presiden sudah empat puluhan orang banyaknya dengan Presiden Indonesia yang enam orang jumlahnya.

Setiap warga bangsa Indonesia tidak menghendaki enam puluh enam tahun Indonesia merdeka seperti situasi sosial, politik dan ekonomi Amerika Serikat ketika mencapai enam puluh lima tahun kemerdekaannya. Warga bangsa Indonesia mempunyai demokrasi sendiri dalam menata dan memperjuangkan cita-cita kemerdekaan 17 Agustus 1945. Suatu cita-cita dan tujuan kemerdekaan Indonesia yang dibentuk melalui suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kedalaman keheningan khusuk Ramadhan dalam peringatan enam puluh enam tahun Indonesia merdeka kali ini, kita pantas merenungi makna kemenangan menurut Muhammad Natsir bahwa, “Kemenangan perjuangan pada hakikatnya tidak semata-mata karena tempat yang diduduki cukup banyak, atau kekuasaan ada di tangan. Tetapi hakikat kemenagan ialah apabila semua itu dipergunakan untuk menolong dhu’afa –dari nasibnya yang malang. Keluh mereka dapat terbujuk, air mata disapu dari muka, tangan yang menadah mengadukan nasib kepada Tuhan disambut dengan bimbingan: bila semua ini berganti dengan wajah baru sampai si lemah terlepas dari penderitaannya, di sinilah baru kita merasakan kemengan baru kita peroleh.” 

Enam puluh tujuh tahun Indonesia merdeka, setiap kita, warga bangsa Indonesia, negara dan pemerintah Republik Indonesia memiliki tanggung jawab bersama: Membangun Kebudayaan (Jati Diri) Bangsa Indonesia, Membangun Kedaulatan Bangsa Indonesia dan Membangun Kesejahteraan Bangsa Indonesia. Ini sesungguhnya makna kemerdekaan sebenarnya, sebagai kecintaan terhadap bangsa Indonesia, ”Cinta Indonesia”. 

Ganefo : Olimpiade Asli Buatan Undonesia

10 November 1963, tidak seperti hari-hari biasanya, situasi di Ibukota Jakarta terlihat sangat berbeda; semarak dan penuh kemeriahan. Di sana-sini, terutama di sekitar kawasan Gelora Bung Karno, dekorasi warna merah-putih membawa pesan “patriotik” acara ini. Rakyat pun tidak tinggal dia, dan dengan begitu antusias membanjiri sekitar lokasi. Inilah sedikit suasana menjelangpembukaan perhelatan Games of New Emerging Forces (Ganefo).
Ganefo, yang memiliki semboyan Onward! No Retreat (Maju Terus! Pantang Mundur), berlangsung 10 sampai 22 Nopember 1963. Diikuti 2.200 atlit dari 48 (versi lain menyebutkan, ada 51 negara) negara Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Eropa (Timur). Karena besarnya jumlah kepesertaan dan cabang olahraga yang dipertandingkan, maka “Ganefo” pantas disebut Olympiade tandingan.
Sebelum mengulas jauh soal Ganefo ini, kita sebaiknya mengupas sedikit mengenai konteks historis yang melingkupinya, dan hubungannya dengan perjuangan nasional bangsa Indonesia itu sendiri. Pada tahun 1961, Bung Karno menelorkan konsepsinya dalam memandang dunia, yaitu soal Nefo dan Oldefo, dan mempertentangkannya sebagai kontradiksi yang tak-terhindarkan (terdamaikan). Nefo-The new emerging Forces—mewakili kekuatan baru yang sedang tumbuh, yaitu Negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin yang berusaha bebas dari neo-kolonialisme dan imperialisme serta berusaha membangun tatanan dunia baru tanpa exploitation l,homme par I’homme, sementara Oldefo—The Old Esthablished Forces—mewakili negeri-negeri imperialis dan kekuatan lama yang semakin dekaden.
Setelah era perjuangan fisik untuk pembebasan nasional, Soekarno pada tahun 1957, disebut juga tahun penentuan, telah menandaskan bahwa nation building memerlukan revolusi mental. Segera setelah itu, Bung Karno telah berkeyakinan bahwa, selain olahraga sebagai alat pembentuk jasmani, olahraga adalah alat pembangun mental dan rohani yang efektif. Dan, karenanya, olahraga dapat dijadikan salah satu alat untuk membangun bangsa dan karakternya (nation and character building).

Selain dimaterialkan dalam bentuk kurikulum di sekolah-sekolah dan menggencarkan kegiatan olahraga di kalangan rakyat, Bung Karno juga berusaha menjadikan ajang kejuaraan olahraga untuk menunjukkan nama bangsa Indonesia di dunia internasional. “Buat apa toh sebetulnya kita ikut-ikutan Asian Games? Kita harus mengangkat kita punya nama. Nama kita yang tiga setengah abad tenggelam dalam kegelapan,” demikian dikatakan Bung Karno.
Untuk itu, setelah mengalahkan Pakistan dalam pemungutan suara, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games ke-IV. Segera setelah mendapat kepastian menjadi tuan rumah Asian Games, Bung Karno berupaya melobby Soviet untuk memperoleh bantuan dalam pembangunan sejumlah proyek olahraga. Meski Soviet kurang nyaman dengan kedekatan politik internasional Indonesia dengan Tiongkok, namun negeri sosialis paling pertama di dunia ini tetap bersedia memberi bantuan sebesar 10,5 juta dollar AS, yang, menurut Maulwi Saelan, salah satu ajudan Presiden Bung Karno pada saat itu, dibayar oleh Indonesia dengan karet alam dalam tempo dua tahun.
Usaha Bung Karno tidak sia-sia. Indonesia berhasil membangun kompleks olahraga, dimana di dalamnya terdapat stadion utama yang memiliki kapasitas 100.000 penonton (sebelum diciutkan menjadi 80.000 pada tahun 2007), dan menggunakan arsitektur temu gelang. Istana Olahraga (Istora) selesai dibangun pada 21 Mei 1961, Stadion Renang, Stadion Madya, dan dan Stadion Tenis (Desember 1961), Gedung Basket (Juni 1962), serta Stadion Utama (21 Juli 1962). Kompleks stadion olahraga dibangun selama 2 1/2 tahun, siang dan malam oleh 14 insinyur Indonesia, 12.000 pekerja sipil dan militer bergantian dalam 3 shift.
Selain berhasil membangun kompleks olahraga, Indonesia juga berhasil membangun Hotel Indonesia (HI), memperluas ruas jalan Thamrin, Jalan jend.Sudirman, jalan Grogol (sekarang, Jalan S. Parman), dan pembangunan jembatan Semanggi yang didesain oleh Ir. Sutami.
Di ajang Asian Games itu, Indonesia berhasil menunjukkan prestasi yang membanggakan, yakni menempati urutan kedua perolehan medali setelah Jepang. Sarengat, pelari terbaik Indonesia saat itu, berhasil menjadi pelari tercepat dan memecahkan rekor Asia.
Saat itu, karena sikap keras Indonesia menentang kepesertaan Israel dan Taiwan di Asian Games, maka komite Olympiade Internasional (IOC) mencabut sementara keanggotaan Indonesia dalam organisasi tersebut. Menanggapi keputusan sepihak IOC tersebut, Bung Karno menegaskan bahwa Indonesia keluar dari IOC, dan menganggap organisasi tersebut sebagai perpanjangan tangan dari kepentingan neo-kolonialisme dan imperialism; dalam hal ini, Negara-negara Oldefo.

Sambil menegaskan perlunya kelanjutan semangat Asia-Afrika di Bandung tahun 1955 dan terus memperkuat konsepsinya mengenai Nefo, maka Bung Karno telah menegaskan pentingnya menciptakan asosiasi olahraga yang dibasiskan kepada Nefo. Untuk itu, melalui menteri Olahraga, Maladi, 12 negara telah diundang untuk menghadiri konferensi persiapan pelaksanaan Ganefo di Jakarta, diantarnya RRT, USSR, Pakistan, Kamboja, Irak, Vietnam utara, dan Mali.
Di dala forum itu, Indonesia telah menggaris-bawahi arti penting melawan olimpiade internasional, yang sejatinya adalah alat imperialisme. “Mereka mengatakan bahwa olahraga harus terpisah dari politik. Tapi, pada kenyataannya, mereka hanya beranggotakan Negara non-komunis, yaitu Negara-negara yang tidak mau melawan neo-kolonialisme dan imperialism…Indonesia mengajukan secara jujur, bahwa olahraga adalah sesuatu yang selalu berhubungan dengan politik. Indonesia mengajukan usulan untuk menggabungkan olahraga dan politik, dan melaksanakan sekarang Games of New Emerging Forces –Ganefor…melawan Oldefo,” demikian disampaikan delegasi Indonesia.
Demikianlah, setelah melalui persiapan dan perjuangan berat, Ganefo berhasil dilaksanakan di Jakarta, dari 10 sampai 22 Nopember 1963, yang menghadirkan 51 bendera nasional (mewakili Negara atau kekuatan progressif di Negara-negara tertentu). Prestasi Indonesia pun cukup membanggakan di ajang Ganefo ini, yaitu menempati urutan ketiga, setelah RRT dan USSR, dengan perolehan 21 emas, 25 perak, dan 35 perunggu.
Namun, berbeda dengan Olimpiade internasional yang didasarkan pada kompetisi murni untuk mencari juara, ganefo justru dibasiskan pada olahraga untuk memperkuat persaudaraan dan solidaritas. Sebelum Ganefo dibuka, Bung Karno mengundang kontingen Indonesia ke istana Negara, dimana ia menegaskan bahwa, tugas atlet Indonesia bukan hanya menunjukkan kemampuan mereka di bidang olahraga, tetapi juga membina persahabatan dengan atlet/peserta dari Negara lain.
Sayang sekali, Genefo kedua, yang dijadwalkan di Mesir pada tahun 1967, mengalami kegagalan karena persoalan politik, dan di Indonesia telah terjadi perubahan politik. Dengan demikian, ketika anda membuka lembaran sejarah dunia mengenai olahraga, maka keberhasilan Indonesia melaksanakan Ganefo pada tahun 1963 merupakan prestasi besar dan mengagungkan, dan sulit rasanya terulang kembali saat ini. 

Desain Unik Maskot Olimpiade 2012 di London


Promosi Olimpiade London 2012 semakin gencar terasa di ibukota negara kekuasaan Ratu Elizabeth II itu. Satu minggu jelang pembukaan, dua maskot resmi, Wenlock dan Mandeville, menginvasi pusat-pusat kota London.

Sebanyak 83 patung keduanya dipasang di titik-titik keramaian kota sebagai salah satu 'petualangan baru' mengelilingi kota dan promosi ajang multievent terbesar dunia itu. Kerennya, semua patung setinggi dua meter itu dibuat dengan desain sesuai daerah sekitar.


Tanpa butuh waktu lama, maskot yang bentuknya agak nyeleneh itu langsung jadi pusat perhatian. Anak-anak pun tampak berfoto bersama di depan sang maskot.


Ada di satu pojok daerah Westminister, Wenlock digambarkan seperti peta kota London. Pembangunan ini juga jadi salah satu usaha pemerintah mendorong para penonton untuk berjalan kaki.


Sedangkan didepan Westminister Palace, terdapat patung Wenlock menggunakan kostum hakim serta jam yang jadi ikon London, Big Ben.
 

Para desainer London pun ikut diberikan ruang. The Cockney Wenlock membuat sentuhan yang lebih radikal yang menggambarkan perkembangan seni modern.


Nama Wenlock terinspirasi terhadap kota Shropshire yang menggelar The Wenlock Games yang jadi salah satu tonggak Olimpiade modern.

Sedangkan Madeville muncul dari salah satu rumah sakit di Buckinghamshire yang menjadi pusat perawatan tentara yang mengalami cedera berat saat perang dunia kedua. Disana menjadi salah satu titik munculnya ide paralympic games karena banyak yang mengalami cacat permanen.

iPhone 5 dan iPad Mini Rilis 12 September?


Penggemar Apple kemungkinan bisa melihat debut iPhone terbaru dan iPad Mini pada September mendatang. Blog iMore mengatakan bahwa Apple akan mengumumkan dua perangkat tersebut dalam sebuah acara khusus yang diadakan Apple, Rabu 12 September 2012. 

iPhone generasi keenam itu sendiri dikabarkan akan dijual sembilan hari kemudian, usai diperkenalkan.

Laporan terbaru ini menindaklanjuti laporan situs Perancis, App4Phone.fr, yang menyebutkan bahwa 21 September merupakan tanggal rilis smartphone yang dipercaya akan dinamai iPhone 5. Informasi tersebut didasarkan dari "seorang sumber terpercaya di perusahaan manufaktur Apple di China". Jeda waktu peluncuran perangkat ini sendiri sesuai dengan jadwal tahun lalu, saat Apple meluncurkan iPhone 4S pada tanggal 4 dan kemudian dirilis 10 hari kemudian.

Sumber iMore tampaknya bungkam mengenai tanggal penjualan iPad Mini. Namun, situs tersebut mengatakan iPad Mini bisa dibeli konsumen pada hari yang sama. iPad Mini diprediksi memiliki spesifikasi sama dengan iPad, tetapi hanya berlayar 7 inci.

Laporan yang muncul juga menyebutkan bahwa iPod Touch baru sedang
dalam penggarapan. Namun, iPod Touch baru bisa juga diumumkan pada tanggal 12 September, sebagai bagian dari line up iPod yang akan datang. Selain itu, iPod Nano anyar juga dapat menjadi bagian dari line up tersebut.
Sumber iMore meneruskan informasi yang telah ada sebelumnya bahwa
iPhone baru akan menawarkan layar 4 inci dengan ukuran 16:9. Semua perangkat iOS baru juga akan hadir dengan konektor dok yang lebih kecil.

Laporan ini memang masih dalam kategori rumor. Tapi waktu rilis di bulan September terbilang masuk akal secara finansial bagi Apple. Tahun lalu, Apple meluncurkan iPhone 4S pada bulan Oktober. Permintaan untuk ponsel baru diraih Apple dengan sebuah kalender agresif pada kuartal keempat.
Di kuartal ketiga lalu, Apple mengalami penurunan pendapatan. Sebab, banyak para calon pembeli menahan diri untuk membeli iPhone 4S, dan menunggu kehadiran iPhone 5.

Fakta Menarik Kemerdekaan Indonesia


Jangan cuma tau merdekanya aja dong,cari tau juga kejadian-kejadian menjelang dan sesudah proklamasi,mau tau kan perintah dan pesta pertama setelah proklamasi dan bagaimana upacara itu berlangsung.Inilah fakta unik yang mungkin tidak diketahui dan jarang dibahas dari seluruh buku sejarah manapun menjelang dan setelah proses kemerdekaan Indonesia,upacara yang sakral tersebut diwarnai dengan kejadian-kejadian yang menarik namun luput dari perhatian,silahkan baca dan komentari kejadian-kejadian berikut:



17 Agustus 1945 pukul 08.00,
ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. “Pating greges”, keluh Bung Karno setelah dibangunkan dokter kesayangannya. Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta. Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah. “Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!”, ujar Bung Karno di hadapan segelintirpatriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali ke kamar tidurnya. Masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai…


Upacara Proklamasi
Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang terjadi pada sebuah upacara sekaral yang dinanti-nanti selama lebih dari tiga ratus tahun!


Dokumentasi detik-detik Proklamasi 
Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat didokumentasikan dan disaksikan oleh kita hingga kini. Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar.Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia Raja.Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap

jujur pada Jepang?


Perintah pertama & pesta pertama
Perintah pertama Presiden Soekarno saat dipilih sebagai presiden pertama RI, bukanlah membentuk sebuah kabinet atau menandatangani sebuah dekret, melainkan memanggil tukang sate !!!Itu dilakukannya dalam perjalanan pulang, setelah terpilih secara aklamasi sebagai presiden. Kebetulan di jalan bertemu seorang tukang sate bertelanjang dada dan nyeker (tidak memakai alas kaki). "Sate ayam lima puluh tusuk!", perintah Presiden Soekarno.Disantapnya sate dengan lahap dekat sebuah selokan yang kotor. Dan itulah, perintah pertama pada rakyatnya sekaligus pesta pertama atas pengangkatannya sebagai pemimpin dari 70 juta jiwa lebih rakyat dari sebuah negara besar yang baru berusia satu hari.


Soekarno dan Marylin Monroe
Hubungan antara revolusi Indonesia dan Hollywood, memang dekat. Setiap 1 Juni, selalu diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila semasa Presiden Soekarno. Pada 1956, peristiwa tersebut “hampir secara kebetulan” dirayakan di sebuah hotel Hollywood.Bung Karno saat itu mengundang aktris legendaris, Marylin Monroe, untuk sebuah makan malam di Hotel Beverly Hills, Hollywood. Hadir di antaranya Gregory Peck, George Murphy dan Ronald Reagan (25 tahun kemudian menjadi Presiden AS). Yang unik dari pesta menjelang Hari Lahir Pancasila itu, adalah kebodohan Marilyn dalam hal protokol. Pada pesta itu, Maryln menyapa Bung Karno bukan dengan “Mr President” atau “Your Excellency”, tetapi dengan “Prince Soekarno!”


Pidato 17 Agustus dan Hollywood
Ada lagi hubungan erat antara 17 Agustus dan Hollywood. Judul pidato 17 Agustus 1964, “Tahun Vivere Perilocoso” (Tahun yang Penuh Bahaya), telah dijadikan judul sebuah film The Year of Living Dangerously. Film tersebut menceritakan pegalaman seorang wartawan asing di Indonesia pada 1960-an. Pada 1984, film yang dibintangi Mel Gibson itu mendapat Oscar untuk kategori film asing!

Teks Proklamasi
Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah! Anehnya, naskah historis tersebut justru disimpan dengan baik oleh wartawan BM Diah. Diah menemukan draft proklamasi itu di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik.Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.